Tuesday, November 10, 2009

Berpikir di luar kotak

MEDAN – Artikel tajuk rencana di harian Analisa, edisi Senin (9 November ‘09) menarik perhatian saya, dimana isinya mengenai pendekatan China dengan negara-negara Afrika untuk menjalin kerjasama (khususnya) di bidang ekonomi.

Sangat menarik, karena kebijakan pemerintah negeri tirai bambu tersebut yang mengambil langkah di luar pakem. Bila negara-negara Eropa dan Amerika masih meragukan untuk menanam investasi di benua hitam tersebut, China malah begitu bersemangat menanamkan modal.

Dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) dua hari di Sharm el-Sheikh, Mesir, yang dimulai Minggu (8 November ‘09), Perusahaan-perusahaan China  mengucurkan investasi di sektor perminyakan dan bahan baku lainnya di Afrika, untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar bagi ekonomi negaranya yang sedang tumbuh pesat.

China juga menilai penduduk Afrika merupakan wilayah potensial untuk pemasaran produk domestiknya. Meski tingkat pendapatannya rendah, namun perusahaan-perusahaan China mampu memproduksi barang-barang murah yang mampu menggiurkan calon konsumen di Afrika.

Kebijakan yang diluar pakem Internasional tersebut, mengigatkan saya pada pernyataan Susanto (founder Jasakom — yang bergerak di bidang keamanan jaringan komputer) dalam bukunya Seni Internet Hacking dan Seni Teknik Hacking, mengatakan pilihannya menjadi seorang peretas (hacker) karena ingin menjadi orang yang berpikir di luar kotak/kebiasaan di masyarakat.

Seorang peretas yang handal, menurut Susanto yang kerap menggunakan nickname S’to tersebut, kerap bersinggungan dengan seni hacking yang bertentangan dengan teori-teori baku untuk menembus keamanan komputer yang dimiliki sebuah perusahaan atau institusi (dalam buku Seni Internet Hackingnya, diperlihatkan bagaimana dia mempermainkan situs milik Microsoft).

Dari artikel mengenai China dan teknik meretas keamanan yang dipaparkan Susanto, dapat dipetik buah pelajaran bahwa sikap berpikir di luar kotak, diperlukan dalam menghadapi kompetisi yang semakin ketat sekarang ini. Hasil luar biasa dapat diperoleh, dengan tindakan di luar kebiasaan.

Kita tidak hanya bersandar atau bahkan meniru langkah-langkah yang diambiil kebanyakan orang, seperti yang kerap kita lihat pada saat mendaftar ke universitas dimana banyak calon mahasiswa bakal mendaftar ramai-ramai untuk jurusan favorit (saat ini mungkin jurusan Komunikasi, ya .

Pada akhirnya, lulusan dari jurusan tersebut seperti kisah-kisah jurusan sebelumnya bakal menjadi sesak dalam bursa lowongan kerjanya.

Masih sedikit yang berani mengambil jalan atau berpikir di luar kotak, namun hal yang menurut saya perlu dicermati bahwa langkah-langkah tersebut tentunya harus dibarengi perhitungan yang cermat, dan tentu saja seperti yang kerap dikatakan motivator ulung Dale Carnegie, “bila anda telah mengetahui apa resiko terburuk dari keputusan anda, maka tidak ada alasan untuk menundanya.”

No comments:

Post a Comment